Potensi aplikasi teknologi nano dalam bidang farmasi dan kesehatan sangat diperlukan dengan segera untuk penyususnan roadmap
teknologi nano produk farmasi dan kesehatan, ungkap Direktur Pusat
Teknologi Farmasi dan Medika (PTFM) BPPT, Rifatul Widjhati pada
kesempatan tersebut.
Dalam konteks produk farmasi dan obat,
ahli teknologi nano dari Sekolah Farmasi ITB, Heni Rachmawati
menjelaskan bahwa suatu partikel dikatakan berukuran nano jika
berdiameter antara 1-100 nm. Ukuran partikel nano tersebut akan
meningkatkan sifat kelarutan obat, transportasi dan pelepasan senyawa
aktif yang terkontrol serta memperbaiki stabilitas obat yang
bersangkutan.
Pada gilirannya, sambungnya, pemanfatan
teknologi nano dalam produk farmasi dapat menekan biaya dan efek toksik
suatu obat pada dosis terapinya. Hal demikian juga disampaikan oleh
ahli teknologi nano dari Departemen Teknik Kimia UI, Muhammad Sahlan
dari hasil penelitiannya. Manfaat casein sebagai pembawa propolis yang bermanfaat dalam sediaan sunscreen.
Selain dari pihak akademisi, Wahono
Sumaryono selaku penasehat ahli Deputi Bidang TAB-BPPT menyampaikan
bahwa dalam pengembangan teknologi nano untuk produk farmasi dan
kesehatan bukan hanya diperlukan sinergi dari perguruan tinggi,
melainkan juga diperlukan kerjasama dengan pihak bisnis dan pemerintah
yang harus terjalin dengan baik dan menguntungkan semua pihak.
Sementara itu, dari pihak industri,
Yohannes Sutasurya selaku Manajer R&D dari PT. Bintang Toejoe
menyampaikan bahwa perusahaan di bawah naungan Kalbe Group telah
memasarkan produk-produk farmasi yang berbasis nano teknologi, meskipun
bahan bakunya masih diimpor. Pihak industri juga berkeinginan adanya
informasi dan data base tentang hasil riset dan produk produk
teknologi nano dari institusi riset dalam negeri yang bisa diaplikasikan
secara cepat," ungkapnya lebih lanjut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar